Dari Muhammad bin Sirin, ia berkata,
“Suatu ketika aku melakukan thawaf di Ka ’bah, tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan, ‘Ya Allah, ampunilah aku. Tapi aku kira Engkau tidak akan mengampuniku.’ Lalu aku katakan kepadanya, ‘Hai ‘Abdullah, belum pernah aku dengar ada orang mengucapkan seperti yang engkau ucapkan itu.’
“Suatu ketika aku melakukan thawaf di Ka ’bah, tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan, ‘Ya Allah, ampunilah aku. Tapi aku kira Engkau tidak akan mengampuniku.’ Lalu aku katakan kepadanya, ‘Hai ‘Abdullah, belum pernah aku dengar ada orang mengucapkan seperti yang engkau ucapkan itu.’
Ia mengatakan,
‘Dulu aku pernah berjanji kepada Allah bahwa bila ditakdirkan dapat menampar wajah ‘Utsman (bin ‘Affan-red.,) pastilah aku lakukan. Tatkala ia wafat dan diletakkan di atas tempat tidurnya di rumah sementara orang-orang masih berlalu lalang; keluar masuk, aku pun masuk untuk mendekatinya seakan sedang menyalatinya, lalu aku mendapatkan kesempatan, maka aku angkat pakaian dari wajah dan jenggotnya, lalu aku menamparnya. Rupanya, Allah menghukumku dengan menjadikan tangan kananku ini kering sehingga seperti kayu kering yang tidak dapat digerak-gerakkan lagi. ’”
Selanjutnya, Ibn Sirin berkata,
“Lalu aku melihat tangannya tersebut dan ternyata memang kering seperti yang dikatakannya.”
‘Dulu aku pernah berjanji kepada Allah bahwa bila ditakdirkan dapat menampar wajah ‘Utsman (bin ‘Affan-red.,) pastilah aku lakukan. Tatkala ia wafat dan diletakkan di atas tempat tidurnya di rumah sementara orang-orang masih berlalu lalang; keluar masuk, aku pun masuk untuk mendekatinya seakan sedang menyalatinya, lalu aku mendapatkan kesempatan, maka aku angkat pakaian dari wajah dan jenggotnya, lalu aku menamparnya. Rupanya, Allah menghukumku dengan menjadikan tangan kananku ini kering sehingga seperti kayu kering yang tidak dapat digerak-gerakkan lagi. ’”
Selanjutnya, Ibn Sirin berkata,
“Lalu aku melihat tangannya tersebut dan ternyata memang kering seperti yang dikatakannya.”
‘Utsman adalah khalifah ketiga yang dizhaimi. Ia telah menyerahkan urusannya kepada Rabbnya, lalu Allah pun menuntaskan masalahnya dan menjalankan Qadar untuknya serta menjadikan orang yang menzhaliminya tersebut sebagai pelajaran yang akan dikenang sepanjang zaman. Allah Maha Perkasa Lagi mempunyai balasan (siksa)
( Nihaayah azh- Zhaalimiiin karya Ibrahim ‘Abdullah al-Hazimy, Juz.III, h.26 seperti yang dinukilnya dari kitab al-Bidaayah Wa an-Nihaayah, Taariikh al-Bukhari dan Taariikh ath-Thabary)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar